Sebuah
mobil lexus hitam berhenti di halaman depan asrama. Beberapa pasang mata sontak
memandang ke arah seseorang yang turun dari mobil. Seorang pemuda gagah dengan
mata sipit tersenyum kepada segerombolan orang-orang di halaman. Semua orang
berlari, “Yogiiii!!!” seru mereka menghampiri Yogi.
“Yogi
akhirnya kau pulang juga. Bagaimana liburanmu di Jungle Land?” tanya Sam. Wajah
Yogi berubah muram. Sam melihat ke dalam mobil. Sepertinya pemuda itu pulang
sendirian tanpa teman-temannya. Mengapa?
“Hei, Yogi
kemana yang lain? Kau tidak pulang bersama mereka? Ceritakan pada kami!” sergah
Juna. “Aku terpaksa pulang sendiri karena kami telah tertimpa musibah” Yogi
menangis sambil mengelapkan tisu. “Innalillahi
wa innailaihi roji’un” sambung Wira disambut jitakan talak dari Sam.
Pletak. “Aww..sakit”. “Kau pikir mereka sudah mati?!” gerutu Sam. “Yak! Kan kata
pak ustad ketika kita tertimpa musibah, kita harus mengucapkan kalimat itu”
ucap Wira bergaya ala ustad khutbah jumatan.
Yogi
tinggal sekamar dengan empat orang temannya, Jack, Yande, Juna dan Choki.
Ketika liburan musim panas kemarin, mereka berencana untuk berlibur ke Jungle
Land. Jack dan Choki menyetujui idenya. Namun Juna dan Yande terpaksa harus
merelakan liburan perdana mereka. Juna tidak bisa ikut karena masih ada tugas
kuliah yang tidak bisa ditunda semasa liburan. Sedangkan Yande dia harus pulang
ke Amerika karena ada acara keluarga.
“Sekarang
mari kita dengarkan cerita dari sang korban” ucap Sam ala repoter berita, semua
orang diam. “Baiklah. Ketika kami liburan ke Jungle Land, kami mengalami
musibah. Jack dikejar orang gila yang tiba-tiba menyebutnya seorang putri
padahal dia itu laki-laki begitulah dia berontak” ujar Yogi. “Dimana dia
sekarang?” tanya Juna khawatir. “Sebentar” Yogi merogoh saku celana
mengeluarkan ponselnya dan mendial nomor seseorang. Juna menatap heran temannya
itu.
“Halo?
Jack. Dimana kau sekarang?” tanya Yogi pada Jack di seberang telepon. “Oh, oke”
setelah itu Yogi menutup flip ponselnya. “Dia sekarang ada di Pulau Jeju” jawab
Yogi dengan tampang tanpa dosa. “Lalu Choki?” tanya Sam. Yogi menundukkan
kepala berkabung kembali. “Dan Choki...dia hilang entah kemana” ucap Yogi
lemas. “Kenapa dia bisa hilang?” tanya Juna. Yogi menghela napas kasar,
“Seorang anak kecil mengaitkan seratus balon pada celana belakang Choki. Kau
tahu kan berat badan Choki yang lebih kecil dibanding tinggi tubuhnya? Yah
begitulah. Alhasil dia terbang bersama balon-balon ke angkasa”
Semua orang
memasang tampang simpati. Sam dan Wira menangis. Mulut Wira komat-kamit membaca
doa. Juna memasang wajah bengong ke arah dua sejoli itu. Kemudian berbalik
menatap Yogi. “Juna, apa kau tidak merindukan seniormu ini?” Yogi melangkah
hendak memeluk Juna sebelum akhirnya Juna menyilangkan kedua tangannya dan berkata
tidak. Kemudian Juna meninggalkannya.
Malam
harinya, Yogi keluar dari kamar mandi sambil menggaruk punggungnya kencang.
Raut wajahnya tampak tersiksa. “Arrg..kenapa punggungku gatal sekali?!”. Juna
datang dan melihat Yogi aktif menggaruk, bertanya, “Kenapa kau?”. “Punggungku
gatal sekali. Biasanya ini akan terjadi ketika bulu binatang menempel pada
kulitku” ucap Yogi. Juna teringat sesuatu ketika dia memandikan anjing
peliharaan Jack di kamar mandi. “Mungkin kau memakai sikat punggung itu?” gumam
Juna melenggang pergi menghindar. “Tadi kau bilang apa?” teriak Yogi.
“Yogiiiii!!!”
seru Juna dari ruang tamu. Yogi yang hendak mencukur, tersentak kaget hingga
menyebabkan gel yang ia pencet menghambur ke wajahnya. Sebagian wajahnya penuh
dengan gel. Ia sedikit menggeram. Dengan nada kesal dia menghampiri Juna di
ruang tamu. “Wah,,hantu!!” seru Juna melihat Yogi. “Ini gara-gara kau berteriak
seperti orang hutan. Ada apa sih?” tanya Yogi. “Aku hanya ingin memberitahumu
kalau Jack akan pulang malam ini”. Yogi tampak syok. “Oh tidak. Tamat riwayat
seorang Yogi hari ini” erang Yogi sambil mengacak rambutnya.
“Aku harus
pergi. Aku harus kabur” ucap Yogi menggoyang-goyangkan tubuh Juna. “Yak! Kau
mau kabur kemana?!” teriak Juna. “Aku harus pergi jauh-jauh darinya. Dia pasti
akan membunuhku” ucap Yogi. “Huweeeee....”. Yogi dan Juna menghentikan aksi
mereka dan fokus pada suara tangis seseorang. “Huweeee...kak Yogi...dimana kau
huweeee”. Juna dan Yogi saling menatap heran. “Kau dengar itu, Jun?” tanya Yogi
memastikan bahwa pendengarannya normal. “Iya. Aku mendengarnya. Itu seperti
suara Choki. Jangan-jangan Choki sudah pulang” ucap Juna.
Juna
menoleh ke setiap sudut ruangan tapi tak ada siapa pun. Dimana Choki?
“Dimana
dia?” tanya Juna. “Kak Juna. Aku disini huweee...” suara Choki terdengar di
ruang tamu. “Chokiiii!!” seru Juna menatap layar televisi. Yogi melompat ke
depan televisi. Juna dan Yogi menatap bengong mencerna apa yang terjadi di
dalam layar persegi itu. Ada Choki tengah diliput berita.
“Berita mengejutkan. Seorang pemuda
ditemukan tersangkut di atas menara Eiffel. Diperkirakan pemuda tersebut
berinisial C. Warga sekitar mengira dia hendak melakukan terjun bebas dari atas
menara. Para polisi berusaha menurunkan pemuda itu. Demikian berita terkini...”
Mereka
berdua masih meloading otak melihat
berita itu. “Kakak..selamatkan Choki. Choki tersangkut di menara. Choki tidak
tahu cara turun huweee” Yogi dan Juna baru sadar dan tersentak kaget. Kemudian
mereka berteriak serempak, “Chokiiiii!!!”. “Yogi cepat lakukan sesuatu!” pinta
Juna. Yogi gugup sambil mengeluarkan ponsel menghubungi seseorang. “Aku akan
menghubungi pilot, TNI angkatan darat, angkatan laut, angkatan udara. Semuanya
aku hubungi untuk menyelamatkanmu, Choki. Sabar ya” ucap Yogi. Juna menggeleng-geleng
dan menepuk-nepuk kepala. Sepertinya orang-orang di sekitarnya perlu
diperiksakan otaknya ke laboratorium.
“Bagaimana
bisa balon membuat Choki tersangkut di atas menara Eiffel?” Juna berpikir keras
menggunakan rumus matematika rangkap fisika.
*****
0 Komentar untuk "The Scandal Karya Rindi Anisa"