Bahasa dan Sastra Indonesia

The Scandal Karya Rindi Anisa



            Sebuah mobil lexus hitam berhenti di halaman depan asrama. Beberapa pasang mata sontak memandang ke arah seseorang yang turun dari mobil. Seorang pemuda gagah dengan mata sipit tersenyum kepada segerombolan orang-orang di halaman. Semua orang berlari, “Yogiiii!!!” seru mereka menghampiri Yogi.

            “Yogi akhirnya kau pulang juga. Bagaimana liburanmu di Jungle Land?” tanya Sam. Wajah Yogi berubah muram. Sam melihat ke dalam mobil. Sepertinya pemuda itu pulang sendirian tanpa teman-temannya. Mengapa?
            “Hei, Yogi kemana yang lain? Kau tidak pulang bersama mereka? Ceritakan pada kami!” sergah Juna. “Aku terpaksa pulang sendiri karena kami telah tertimpa musibah” Yogi menangis sambil mengelapkan tisu. “Innalillahi wa innailaihi roji’un” sambung Wira disambut jitakan talak dari Sam. Pletak. “Aww..sakit”. “Kau pikir mereka sudah mati?!” gerutu Sam. “Yak! Kan kata pak ustad ketika kita tertimpa musibah, kita harus mengucapkan kalimat itu” ucap Wira bergaya ala ustad khutbah jumatan.
            Yogi tinggal sekamar dengan empat orang temannya, Jack, Yande, Juna dan Choki. Ketika liburan musim panas kemarin, mereka berencana untuk berlibur ke Jungle Land. Jack dan Choki menyetujui idenya. Namun Juna dan Yande terpaksa harus merelakan liburan perdana mereka. Juna tidak bisa ikut karena masih ada tugas kuliah yang tidak bisa ditunda semasa liburan. Sedangkan Yande dia harus pulang ke Amerika karena ada acara keluarga.
            “Sekarang mari kita dengarkan cerita dari sang korban” ucap Sam ala repoter berita, semua orang diam. “Baiklah. Ketika kami liburan ke Jungle Land, kami mengalami musibah. Jack dikejar orang gila yang tiba-tiba menyebutnya seorang putri padahal dia itu laki-laki begitulah dia berontak” ujar Yogi. “Dimana dia sekarang?” tanya Juna khawatir. “Sebentar” Yogi merogoh saku celana mengeluarkan ponselnya dan mendial nomor seseorang. Juna menatap heran temannya itu.
            “Halo? Jack. Dimana kau sekarang?” tanya Yogi pada Jack di seberang telepon. “Oh, oke” setelah itu Yogi menutup flip ponselnya. “Dia sekarang ada di Pulau Jeju” jawab Yogi dengan tampang tanpa dosa. “Lalu Choki?” tanya Sam. Yogi menundukkan kepala berkabung kembali. “Dan Choki...dia hilang entah kemana” ucap Yogi lemas. “Kenapa dia bisa hilang?” tanya Juna. Yogi menghela napas kasar, “Seorang anak kecil mengaitkan seratus balon pada celana belakang Choki. Kau tahu kan berat badan Choki yang lebih kecil dibanding tinggi tubuhnya? Yah begitulah. Alhasil dia terbang bersama balon-balon ke angkasa”
            Semua orang memasang tampang simpati. Sam dan Wira menangis. Mulut Wira komat-kamit membaca doa. Juna memasang wajah bengong ke arah dua sejoli itu. Kemudian berbalik menatap Yogi. “Juna, apa kau tidak merindukan seniormu ini?” Yogi melangkah hendak memeluk Juna sebelum akhirnya Juna menyilangkan kedua tangannya dan berkata tidak. Kemudian Juna meninggalkannya.
            Malam harinya, Yogi keluar dari kamar mandi sambil menggaruk punggungnya kencang. Raut wajahnya tampak tersiksa. “Arrg..kenapa punggungku gatal sekali?!”. Juna datang dan melihat Yogi aktif menggaruk, bertanya, “Kenapa kau?”. “Punggungku gatal sekali. Biasanya ini akan terjadi ketika bulu binatang menempel pada kulitku” ucap Yogi. Juna teringat sesuatu ketika dia memandikan anjing peliharaan Jack di kamar mandi. “Mungkin kau memakai sikat punggung itu?” gumam Juna melenggang pergi menghindar. “Tadi kau bilang apa?” teriak Yogi.
            “Yogiiiii!!!” seru Juna dari ruang tamu. Yogi yang hendak mencukur, tersentak kaget hingga menyebabkan gel yang ia pencet menghambur ke wajahnya. Sebagian wajahnya penuh dengan gel. Ia sedikit menggeram. Dengan nada kesal dia menghampiri Juna di ruang tamu. “Wah,,hantu!!” seru Juna melihat Yogi. “Ini gara-gara kau berteriak seperti orang hutan. Ada apa sih?” tanya Yogi. “Aku hanya ingin memberitahumu kalau Jack akan pulang malam ini”. Yogi tampak syok. “Oh tidak. Tamat riwayat seorang Yogi hari ini” erang Yogi sambil mengacak rambutnya.
            “Aku harus pergi. Aku harus kabur” ucap Yogi menggoyang-goyangkan tubuh Juna. “Yak! Kau mau kabur kemana?!” teriak Juna. “Aku harus pergi jauh-jauh darinya. Dia pasti akan membunuhku” ucap Yogi. “Huweeeee....”. Yogi dan Juna menghentikan aksi mereka dan fokus pada suara tangis seseorang. “Huweeee...kak Yogi...dimana kau huweeee”. Juna dan Yogi saling menatap heran. “Kau dengar itu, Jun?” tanya Yogi memastikan bahwa pendengarannya normal. “Iya. Aku mendengarnya. Itu seperti suara Choki. Jangan-jangan Choki sudah pulang” ucap Juna.
            Juna menoleh ke setiap sudut ruangan tapi tak ada siapa pun. Dimana Choki?
            “Dimana dia?” tanya Juna. “Kak Juna. Aku disini huweee...” suara Choki terdengar di ruang tamu. “Chokiiii!!” seru Juna menatap layar televisi. Yogi melompat ke depan televisi. Juna dan Yogi menatap bengong mencerna apa yang terjadi di dalam layar persegi itu. Ada Choki tengah diliput berita.
            “Berita mengejutkan. Seorang pemuda ditemukan tersangkut di atas menara Eiffel. Diperkirakan pemuda tersebut berinisial C. Warga sekitar mengira dia hendak melakukan terjun bebas dari atas menara. Para polisi berusaha menurunkan pemuda itu. Demikian berita terkini...”
            Mereka berdua masih meloading otak melihat berita itu. “Kakak..selamatkan Choki. Choki tersangkut di menara. Choki tidak tahu cara turun huweee” Yogi dan Juna baru sadar dan tersentak kaget. Kemudian mereka berteriak serempak, “Chokiiiii!!!”. “Yogi cepat lakukan sesuatu!” pinta Juna. Yogi gugup sambil mengeluarkan ponsel menghubungi seseorang. “Aku akan menghubungi pilot, TNI angkatan darat, angkatan laut, angkatan udara. Semuanya aku hubungi untuk menyelamatkanmu, Choki. Sabar ya” ucap Yogi. Juna menggeleng-geleng dan menepuk-nepuk kepala. Sepertinya orang-orang di sekitarnya perlu diperiksakan otaknya ke laboratorium.
            “Bagaimana bisa balon membuat Choki tersangkut di atas menara Eiffel?” Juna berpikir keras menggunakan rumus matematika rangkap fisika.
*****
0 Komentar untuk "The Scandal Karya Rindi Anisa"

Back To Top