Marwoto
seorang juragan batu cincin bahasa Jawanya The lord of ring stone, emang iya
apa?. Marwoto membuka paginya dengan
semangat bagaikan api membara yang akan menghangsukan apapun dan membakar
siapapun alah lebay. Pemuda 20 tahun itu pergi ke pasar untuk menjual batu
cincin.
“
Ibu aku pergi ke pasar dulu. ” kata Marwoto
“
Tapi kau lupa sesuatu. ” kata ibu Marwoto
“
Tenang saja ibu aku sudah bawa semua batunya. ”
“
Tapi Marwoto. ”
“
Jangan bilang tapi lagi aku berangkat ya. ”
“
Marwoto kau lupa memakai celanamu. ”
“
Gubrakk. ”
Sesampainya
di pasar DEKAT BENCI JAUH KANGEN susah sekali nama ini pasar, Marwoto langsung
mencari tempat yang bagus untuk berjualan pertama ia mencoba di depan toko namun
sudah banyak yang berjualan cincin disana, ia pindah lagi ke terminal tapi
sayangnya becek lalu pindah lagi ke Mall namun sudah penuh dan terakhir di
sebelah toko namun sepi kalau begini ubah saja nama pasar jadi SERBA SALAH.
Setelah berpikir, menganalisa, meneliti, menelaah, menerawang, dan shalat
istikharah akhirnya Marwoto memutuskan untuk berjualan di sebelah toko saja
karena tidak ada lagi tempat lain walaupun sepi yang jelas rejeki di tangan
Allah walaupun berjualan di tempat yang ramai kalau ngak rejeki ngak akan laku
tapi kalau jualan di tempat sepi kalau ada rejeki pasti laku. Ya ampun saya
sampai pusing nyusun kata-katanya.
Setelah
menunggu cukup lama tidak satupun pembeli yang datang akhirnya Marwoto sholat
Duha meminta kemudahan rejeki dilanjutkan dengan membaca surat Al-Waqiah,
Asmaul husna, Ayat kursi, Ayat seribu dinar, dan lain-lain ya ampun orang mau
mata besok aja tidak begitu juga kali bang. Akhirnya doa Marwoto dikabulkan,
seorang pria berbaju gamis datang melihat-lihat batu cincin milik Marwoto. Marwoto pun melayaninya dengan senang hati
karena pelanggan pertama.
“
Silakan dilihat dulu ustadz. ”
“
Saya mau lihat batu warna biru itu. ”
“
Oh kalau batu warna biru ini namanya blue akik campuran dari alexandrite dan
chysoprase (Asal bunyi) batu ini berkhasiat untuk keberanian, kewibawaan dan
keperkasaan batu ini sangat cocok untuk ustadz apalagi kalau mau ceramah pasti tambah wibawa. ”
“
Astagfirullahalazim mempercayai batu adalah perbuatan syirik dan dibenci oleh
Allah SWT sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Ikhlas ayat 2 Allah tempat meminta segala sesuatu. ”
kata ustadz
“
Sebenarnya ustadz mau beli atau mau ceramah sih kalau mau ceramah di masjid sana. ” kata Marwoto dengan kesal
“
Astagfirullahalazim jangan marah sesungguhnya marah adalah perbuatan setan
sebagaimana firman Allah. ”
“
Sudah-sudah tidak perlu baca ayat lagi saya tidak jadi jual ”
Akhirnya
ustad tersebut pergi dan pelanggan pertama Marwoto menghilang namun ia tidak
bersedih karena datang lagi pelanggan baru seorang mahasiswa sambil menjinjing
tas dan menggunakan kacamata.
“
Ada jual batu giok ngak bang ?. ” Tanya si mahasiswa
“
Ada-ada mau yang hijau atau putih ?. ” Tanya Marwoto
“
Hijau bang. ”
“
Hijau muda atau hujau tua ?. ”
“
Hijau muda dong ?. ”
“
Mau bulat atau opal ?. ”
“
Bulat lah. ” mahasiswa mulai kesal
“
Yang berkhasiat keberanian atau kewibawaan ?. ”
“
Sebenarnya anda mau jual batu atau mau interview sih?. ”
“
Mau jawaban yang panjang atau yang pendek ?. ”
“
Saya mau pergi aja. ”
“
lewat jalan depan atau belakang ?. ”
“
Argharghargh. ”
Marwoto kehilangan pelangan keduanya kalau
transaksi pertama gagal karena penjual kesal kali ini karena calon pembeli yang
kesal. Empat jam telah berlalu telah banyak batu cincin yang terjual sambil,
pemuda itu menghitung hasil penjualanya ternyata telah terkumpul Rp 200.000
lumayan kata Marwoto dalam hatinya. Marwoto siap menunggu pelanngan lagi namun
bukan pelanggan yang datang tapi malah dua preman pasar.
“
Kamu tau kalau tempat ini daerah kekuasaan saya ? ” kata salah satu preman
“
Tidak tau bang ” kata Marwoto ketakutan
“
Kalau begitu kamu harus bayar karena pakai tempat saya ”
Tiba-tiba
seorang wanita berumur 45 tahun datang mengenakan daster dan ikat rambut dari
penampilannya saja wanita itu seperti seorang ibu.
“
Bima, Bimo ternyata kalian berdua main disini ya. ” kata wanita itu
“
Ampun mak. ” kata mereka berdua sambil
memohon dan menangis
“
Ya sudah kalian berdua pulang terus cuci pring dan pakaian dirumah. ” kata
wanita itu sambil menjewer telinga preman gadungan itu dan membawanya pergi.
Setelah
pergi Marwoto pulang ke rumah sambil membawa hasil dagangannya.
0 Komentar untuk "The Lord of The Ring Stone (Juragan Cincin Batu) Karya Yuda Pratama "