Pagi itu adalah hari dimana Rani akan
tes kesehatan sekaligus daftar ulang di perguruan tinggi tempat ia lulus. Niat
dari rumah sudah bagus "semoga proses tes kesehatan dan daftar ulangnya
berjalan lancar". Rani pun berangkat dari rumah pagi-pagi sekali
dengan mengendarai sepeda motor tanpa memakai jaket. Alhasil, udara dingin pagi
itu membuatnya menggigil setelah sampai di tempat tujuan. Sebelum tes
kesehatan, ia berencana untuk
berjemur sebentar agar tubunya menjadi sedikit
hangat. Namun karena ia melihat sudah banyak orang yang duduk dan berkumpul di
tempat tes tersebut, jadi ia mengurungkan niatnya untuk berjemur karena takut
jika nantinya akan banyak orang yang mengantri.
Dengan PDnya Rani melangkah menuju
tempat tes kesehatan, sambil berjalan ia memandangi orang-orang yang sedang
duduk di pinggir lantai itu satu persatu, berharap kalau diantara mereka ada
yang ia kenal. Namun sampai di depan pintu masuk, ia tak menemukan satu pun
orang yang dikenal. Jadi ia melanjutkan perjalanannya menuju tempat registrasi
dengan tubuh masih kedinginan.
Dibukanya pintu kaca itu pelan-pelan,
dan tepat di depan pintu itu terdapat beberapa orang yang duduk manis lengkap
dengan meja dan perlengkapannya. Salah seorang yang duduk di kursi yang lengkap
dengan meja itu mempersilahkan Rani untuk duduk. Yap, mereka adalah para
petugas tempat ia akan melakukan registrasi sebelum tes dilakukan. Rani pun
duduk dengan sigap.
Petugas yang tepat di depannya itu pun
bertanya,
"Mau tes kesehatan dek ?" Tanyanya.
"Enggak !" Jawab Rani spontan.
Lalu
petugas yang di depan Rani itu tertawa sambil melirik ke arah temannya yang
kebetulan ada di beakangnya, Rani bingung kenapa ia tertawa. Dan petugas itu
bertanya lagi,
"Adek mau tes kesehatan ?" Tanyanya
lagi dengan nada agak sedikit pelan dari sebelumnya.
"Oh iya !" Jawab Rani lagi tanpa
merasa ada yang salah.
"Loh, tadi katanya enggak" ledek
petugas itu sambil tertawa.
"Oh, kirain tadi nanya saya masuk
kesehatan apa enggak !" Jawab Rani salah tingkah.
Petugas
itu pun kembali tertawa bersama temannya. Rani merasa malu sekali.
Ternyata, Rani salah dengar saat petugas
itu pertama kali bertanya. Rani pikir petugas itu bertanya "masuk
kesehatan dek ?", tapi ternyata petugas itu mengatakan "mau tes
kesehatan dek ?" Dan itulah alasan kenapa petugas dan temannya itu
mentertawakan Rani. Sebenarnya Rani tidak bermasalah dengan pendengarannya,
hanya saja karena dia masih merasa kedinginan, jadi dia kurang jelas dalam mendengarkan.
Kejadian singkat itu membuat Rani
menjadi kehilangan rasa PDnya. Tapi beruntung petugas itu berhenti tertawa dan
melanjutkan tugasnya mengisi biodata Rani. Setelah itu, Rani diminta untuk
bergeser ke meja sebelahnya lagi untuk membayar uang administrasi. Rani pun
beranjak dari tempat duduknya itu dan berpindah ke tempat duduk lain. Ia merasa
sedikit lega karena tidak lagi berhadapan dengan orang yang mentertawainya itu.
Di tempat pembayaran uang administrasi
itu, Rani diminta untuk menanda tangani sebuah kwitansi dengan pulpen petugas
itu sendiri. Setelah tanda tangan, Rani kembali diminta untuk mengisi
biodatanya pada sebuah lembaran. "Gampang, tinggal isi biodata aja terus
selesai" pikirnya.
Karena merasa repot jika harus mengambil
pulpen dari dalam tasnya, jadi Rani dengan sigap mengambil salah satu pulpen
dari beberapa pulpen yang tertata rapi di depannya. Ketika akan membuka tutup
pulpen tersebut, tiba-tiba petugas administrasi yang di depannya itu berkata
"#@?!-*&$%\?@#**". Rani kembali tidak mendengar perkataan si
petugas, namun petugas yang tadi mentertawakannya itu kembali tertawa sambil
melihatnya. Rani pun bingung, "ada apa lagi nih" katanya dalam hati.
Mengingat kalau tadi petugas
administrasi yang di depannya itu mengatakan sesuatu, jadi ia pun merespon,
"Iya ?" Respon Rani.
"Dijual !" Kata petugas itu sambil
menunjuk ke arah tempat pulpen yang tadi Rani ambil.
Rani
pun sontak melirik ke arah tempat pulpen yang diambil tadi, dan ternyata disana
tertulis,
"DI JUAL,
Rp.2000".
Dengan
rasa malu, Rani pun menutup kembali pulpen yang diambilnya itu lalu menaruhnya
kembali ditempatnya semula sambil berkata,
"Oh maaf, nggak liat" sambil nyengir
Rani membuang muka.
Setelah itu dia beranjak dari tempat
duduknya meninggalkan semua petugas yang pagi itu membuatnya merasa bodoh.
Mungkin pagi itu tak akan seburuk itu
jika seandainya Rani tidak kedinginan, jadi penyebab kekonyolan pagi itu adalah
karena kedinginan. Dan Rani berharap semoga ia tidak akan bertemu lagi dengan
petugas yang selalu mentertawakannya itu. Atau jika nantinya mereka bertemu
lagi, semoga petugas itu tidak mengingat kejadian yang terjadi pagi itu.
Lombok
Timur, 31 Juli 2015
0 Komentar untuk "Karena Dingin Jadi Konyol Karya Yuliana Maesarani"