Dede pagi itu agak malas mengantar
anaknya Fahrul ke sekolah taman kanak-kanak. Ini ada hubungannya dengan mamanya
Chika yang selalu mendominasi dalam percakapan ibu-ibu yang menunggu di
sekolah. Dan mulutnya akan nyerocos
terus menerus tiada henti hanya untuk mengumbar kekayaan yang dimilikinya. Dede
tahu bukan hanya dia saja yang gak suka banyak ibu-ibu yang lain juga gak suka
dengan mama Chika. Dede mendorong
Fahrul cepat masuk ke dalam kelas, dia
sendiri beranjak ke belakang sekolah. Duduk di dekat pagar yang tertutupi pohon
yang berada di sisi jalan. Ah, mending aku di sini saja, lebih aman dari suara
mencicit mama Chika. Tapi yang berpikiran seperti Dede bukan hanya dirinya. Dede
melihat beberapa ibu datang menghampiri dirinya.
“Loh, kok kemari . Gak di depan?”
tanya Dede.
“Emang mama Dede ngapain di sini?
Pasti menghindar mama Chika kan?” Dede tak bisa berkelit lagi. Justru dia di
sini untuk menghindar dari mama Chika. Dan mulailah gosip pagi hari ini tentang mama Chika. Beberapa ibu
kurang percaya tentang seringnya berpergian ke luar negeri. Bahkan mereka
selain menyangsikannya juga terasa ada rasa iri dari suara-suara ibu-ibu.
“Sudahlan ibu-ibu, mau mama Chika ke
luar negeri kan itu bukan urusan kita,”tegur Dede.
“Duh, mama Dede aku sih gak iri sama
mama Chika, Cuma gak suka saja cara dia bercerita, ada kesan sombong,”cetus
mama Friska dengan nada marah. Hampir semua ibu-ibu di sini menganggukan kepala
tanda setuju apa yang dikatakan mama Friska. Dede hanya mengangkat bahunya
setelah dia disudutkan oleh ibu-ibu.
Sore hari Dede menceritakan tentang
mama Chika yang suka berlibur berdua dengan suaminya . Suaminya sedikit terusik dengan cerita Dede.
“Emang kamu mau kita bulan madu?”
Dede tiba-tiaba saja tersentak kaget, tak menyangka suaminya menanyakan tentang
keinginan untuk bulan madu.
“Benar mau ngajak bulan madu?” tanya
Dede sangsi. Suaminya mengangguk dan bilang kalau Dede mau minggu ini juga bisa
berangkat. Dede hanya melongo. Walaupun suaminya hanya menjanjikan bulan madu
di dalam negeri saja tapi tetap membuat Dede sumringah. Apalagi Fahrul akan
dititipkan di rumah ibunya. Dan esoknya Dede bisa bercerita dan membanggakan
pada ibu-ibu lainnya kalau dia juga akan bulan madu sama seperti mama Chika.
Semua ibu-ibu memandang Dede dengan pandangan iri. Ada perasaan bangga pada
dirinya. Semua ibu-ibu iri padanya....
“Wah, akhirnya mama Dede bisa bulan
madu juga ya? Kapan aku ya?” tanya mama Budi dengan suara yang nyaris tak terdengar.
Dede menatap mereka . Ah, suaminya begitu baik pada dirinya.
Dede tak peduli dia mau diajak
kemana oleh suaminya. Yang penting bagi dirinya dia bisa berepergian ke luar
kota berdua saja dengan suaminya. Bahkan suaminya sudah meminjam mobil kantor
untuk berpergian minggu ini. Dede mengembangkan senyuum manis untuk suaminya.
Tujuannya adalah Guci tempat wisata di daerah Tegal ini adalah tempat yang asri
dengan pemandian air panas. Berhubung aku belum pernah ke sana dan jarang
sekali suami mengajak berpergian berdua. Ini sudah cukup membuatku gembira.
Setibanya di sana, tampak perbukitan yang melatarbelakangi tempat wisata ini.
Pepohonan pinus tampak menjulang.
“Kita cari penginapan dulu ya. Baru jalan-jalan,”tukas
suaminya. Dede memandang hamparan alam yang indah di sisi kiri dan kanannya. Dede
menunggu di dekat mobil sementara suaminya mencari penginapan. Pandangan matanya
menyelusri alam yang terbentang indah. Suaminya tampak menghampiri dirinya dan
memeleuk pinggangnya Dede dan menagjaknya untuk berjalan-jalan. Terasa hangat
di hati Dede. Sudah lama dia tak berjalan-jalan berdua dengan suaminya. Kalau
dipikir sejak menikah Dede tak penah berjalan berdua lagi. Kini hatinya
mendadak gembira . Pikirannya melambung tinggi dan membayangkan malam nanti dia bisa bercumbu dengan suaminya. Ah, Dede
melayang-layang . Seperti layaknya pengantin baru.
Lelah berkeliling –keliling
sesiangan tadi membuat tubuh Dede lemah dan membaringkan tubuh lelahnya di
kasur sungguh membuat dirinya nyaman. Dede melihat suaminya keluar dari kamar
mandi. Tubuhnya yang langsing dan sedikt
bulu di dadanya membuat hati Dede berdesir. Pandangan matanya lurus menatap
tubuh suaminya. Perasaan hangat mulai terasa , saat suaminya mulai menyentuh
tubuhnya perlahan. Dede mulai merasakan seluruh tubuhnya bergetar. Dan Dede terhanyut
dalam pelukan dan kehangatan . Tapi baru beberapa saat, pintu digedor dari
luar.
“Buka!” teriak seseorang dari
luar. Dede cepat menutup tubuhnya dan
suaminya membuka pintu. Dede ternganga. Dede melihat pria yang memakai pakaian
satpol PP bersama dengan yang lainnya berada di depan pintu kamarnya.
“Ada apa ya?”
“Ini penggerebekan penginapan ini yang diduga
sarang prostitusi,”cetusnya. Dede makin ternganga. Tak menyangka penginapan
yang dipilih suaminya ini tempat prostitusi. Suaminya menunjukkan KTPnya dan
KTP Dede. Petugas itu memandang mereka berdua dengan pandangan yang aneh.
“Maaf. Kami tak tahu kalau anda
berdua suami istri.” Mereka berlalu dari hadapan mereka. Dede dan suaminya
saling memandang dan tersenyum kecut.
“Maafkan aku ya. Hanya penginapan
ini yang bisa aku pesan,”tukasnya. Dede
tak menyalahkan suaminya, dia sudah cukup bahagia karena suaminya mau
berusaha untuk mewujudkan mimpinya untuk bisa bulan madu. Walau bulan madu kali
ini gagal total, Dede tetap bahagia. Tiba-tba saja mereka berdua tertawa
bersamaan. Saling berangkulan. Kejadian yang tak disangka-sangka datang pada
saat mereka berbulan madu. Tawa mereka
bergema di sudut penginapan remang-remang itu.........
Cirebon, 30 Juli 2015
13 Komentar untuk "Salah Kamar Karya Hastira Soekardi"
he he he..Satpol PP nya keciwa........
ketipu nih ama judul hahahah
Ternyata dede ni perempuan ya hahaha
Ada harga ada rupa ya Mak :)
hahahaaa ceritanya berhasil bikin saya senyam senyum sendiri
The Journey
wah.., ceritanya bikin senyum simpul
Ayo semua ikut lombanya.
iya kecewa sekali sepertinya
hi,hi,hi
iya sudah jelas kok di ceritanya
mungkin, tapi mengiranya karena penginapan yang murah saja
asik senyum2 sendiri ya
hem.....boleh deh senyum sendiri artinya ceritanya bikin mau ketawa ya atau merasasakan ada rasa malu