Bahasa dan Sastra Indonesia

MAYA DAN KEKURUSAN Karya Maya Farihatu Zika

Kupejamkan kedua kelopak mataku sejenak setelah aku berbaring di ranjang yang familiar ini. Perlahan ranjang yang kutiduri didorong menuju kesebuah lorong. Kurasakan hentakan ringan dibawah kepalaku pertanda ranjang ini sudah mencapai batas ujung lorong. Bunyi bergetar disertai sinar terang yang sangat menyilaukan kurasakan dibawah telapak kakiku. Kupejamkan mataku semakin erat lagi ketika bunyi dan sinar itu mencapai
batas leherku.
"Gimana dok?" Tanya ibuku kepada dokter yang sudah enam kali melakukan ronsen kepadaku.
"Bu, ini sudah yang ke enam kali Maya dironsen. Dan enam kali pula hasilnya tetap sama!" Jawab Pak Dokter jengkel.
"Beneran ga ada cacing, ular atau harimau di perutnya dok?" Tanya ibuku masih tidak percaya.
"Ma, ada yang belum Mama sebutin." Sahutku.
"Apa?"
"Kemarin malam aku makan penutup mulut pake jerapah, kali aja jerapahnya masih hidup di perutku. Ya ngga dok?"
"ZzzZZzZzz....." Jawab Pak Dokter sambilmemegangi pelipisnya.
[Sepulang dari Rumah Sakit saat makan malam]
Mama : Kamu harus makan yang banyak. Harus! Ini empat sehat lima ratusribu! [Sambil menuangkan sebaskom nasi bercampur roti bercampur susu, sayur, buah, ikan, dan tempe plus kerupuk]
Aku : Ma... aku ga bakalan bisa gemuk. Sungguh!
Mama : Mama gamau tau! Pokoknya ini dihabiskan jangan sampe tersisa satu upil pun!
Aku : Upil.................................................
Mama : Oh iya, Mama juga udah sembelehin gajah buat makanan penutup. Itu juga wajib kamu habiskan! Kalau sampai Mama lihat ada secuil yang tersisa, Mama bakal sembelehin badak bercula lima sebagai gantinya!
Aku : Ma! Ada juga aku yang masuk di perut gajah!
Mama : Dan gajahnya bakal mual - mual.
Aku : (-_-)

[Selepas makan malam]
Aku berjalan kesusahan menghampiri Mama. “Tuh Ma lihat! Hasil makan malamku diolahnya di kaki kali Ma bukan di perut. Perutku tetep kurus ini. Paha sama betisku makin gendut tuh.” Protesku ke Mama.
“Ya Ampun May, Mama kaya gini juga bukan demi kamu aja. Tapi demi reputasi Mama di kalangan ibu – ibu arisan!”
“Emang apa hubungannya Ma?” Tanyaku bingung.
“Ibu – ibu itu sering ngomongin kita May. Masa ibunya cantik seksi berisi gini anaknya tinggal tulang sama kulit. Kan mereka jadi berfikir Mama ga ngurusin kamu. Mereka gatau aja Mama udah sembelehin kudanil tiap hari khusus buat kamu.”
“Mereka ga lihat kakiku sih Ma!”
“Memang kenapa kakimu?” Tanya Mama.
“Kan kakiku seksi dan berisi Ma.” Jawabku.
“(-_-)” Ekspresi Mama.
“Ma.. Lihat kakiku dong. Kakiku makin gede nih.” Kuulangi protesku ke Mama.
“Kok gerak – gerak ya May.”  Kata Mama memegang kakiku sambil mengerutkan dahinya.
“Kan emang aku gerakin Ma.” Jawabku.
“Bukan itu! Gerak – geraknya ada didalem kaki kamu.”
“Masa sih Ma?” Tanyaku tak percaya. Aku memegang kakiku sendiri. “Ga berasa Ma.”
“Apa mungkin emang bener pengolahannya disini ya?” Mama menempelkan telinganya di kakiku. “Ada suara mesin – mesin menyala gitu May.” Lanjutnya.
“Masa sih Ma? Pengen dengerin Ma.” Kataku.
“Sebentar, Mama ambilin stetoskop.”
“Buat apa Ma?” Tanyaku bingung.
“Buat apalah susah. Cari kesana kesini. Sudah didepan mata. Kamulah takdirku.”
“(-_-)” Ekspresiku.
[Di Rumah Sakit]
Mama : Gimana Dok? Beneran ada mesinnya kan Dok?
Dokter : Tapi di hasil ronsen tidak ada apa – apanya Bu.
Mama : Coba di ronsen lagi deh dok.
Dokter : Hasilnya akan tetap sama Bu!
Mama : Kalau begitu coba dengarkan pakai stetoskop Dok.
Dokter : [memeriksa lututku pakai stetoskop] Oh iya, lutut maya bersuara Bu! Sepertinya ada sesuatu disini. [Memeriksa hasil ronsen]
Mama : Ada apa dok? Ada apa? [Khawatir]
Dokter : Oh.... Di kaki Maya ada traktornya Bu! Pantas saja Maya tidak bisa gemuk! Maya bisa tiga bulan sekali panen ini Bu!
Aku : DIKIRA AKU SAWAH............... ZzZZzzzZzz.................... [Sambil memegangi pelipis Mama dan Pak Dokter]


Kediri, 01 Agustus 2015

Related Post:

0 Komentar untuk "MAYA DAN KEKURUSAN Karya Maya Farihatu Zika"

Back To Top