Ini
kisah cintaku. Iya, cinta monyet.
Naik
tingkat ke SD, aku masih saja menyukai seseorang yang membuahkan hal absurd. SD
kelas satu, aku suka sama seorang cowok, namanya Bayam. Aku suka si Bayam
karena kita akrab banget. Kita temen satu kelas. Dia itu orangnya putih dan
tinggi. Kalo jam olahraga, kita suka main lari-larian bareng, suka main
penculik-penculikan bareng. Mainnya gak cuma berdua, tapi bareng dua
anak
lainnya. Main penculik-penculikan? Iya, jadi ceritanya, aku dan satu temen
cewek lainnya diculik sama si Bayam dan temennya. Kami para cewek pun berusaha
melarikan diri. Intinya gitulah. Mungkin sebenarnya kami ini korban sinetron
jaman dulu.
Aku
sama bayam juga satu kelas di sebuah madrasah, karena disitulah awal cerita
kenapa kami bisa akrab.
Sampai suatu hari, ada sebuah
tragedi yang membuahkan bendjol..
Ceritanya, wali kelas satu kita lagi
nasehatin, kalo istirahat jangan main lari-larian, takut jatuh. Tapi ternyata, rasa suka seorang anak SD kelas satu
membutakan segalanya. Pas istirahat, aku ngeliat Bayam dkk ada di deket
pager sekolah. Karena pengen main sama dia, akhirnya aku ngajak Apel, temen
cewekku buat main kejar-kejaran. Jadi skenarionya gini: aku dan Apel main
kejar-kejaran à Apel ngejar aku à
Aku lari ke arah Bayam dkk à
Pura-pura gak sengaja nabrak Bayam à
Bayam gak terima à Karena pada dasarnya waktu itu
kita udah akrab, maka Bayam juga bakal ngejar aku à
Kita main kejar-kejaran persis kayak di film India. Happy Ending!
Rencana
yang sempurna.. HUAHAHA.
But,
apa yang sebenarnya terjadi? Apel ngejar aku à
aku lari sekenceng mungkin biar bisa cepet-cepet nabrak Bayam à
Saking cepetnya, tiba-tiba… BRUK!
Gak tau apa yang terjadi sebelumnya, semuanya terjadi begitu cepat dan tidak
jelas.. Seingetku sih, aku nabrak cowok gendut di deket tiang bendera. Tapi pas
buka mata, tiba-tiba aku udah tengkurep di halaman sekolah, tepatnya deket
tiang bendera dan dikelilingi banyak murid lainnya. Kepalaku berdenyut-denyut.
Mungkin nadiku sudah pindah ke kepala. Sakit.
Akhirnya,
dengan mental anak kelas satu SD yang masih polos, saat itu juga aku nangis.
Gak lama, akhirnya petugas sekolah gotong aku ke ruang UKS. Inget banget,
banyak anak yang ngikutin aku dari belakang pas aku lagi digotong sama Pak Sawi.
Termasuk Apel. Dia ngikutin aku dengan ekspresi penuh rasa khawatir sambil
terus manggil namaku. Aku cuma bisa nangis.
Gak lama kemudian, akhirnya aku
dibawa pulang ke rumah, di anter sama pak Sawi. Setelah membaik, aku sadar akan
sesuatu. Kejadian itu, meninggalkan sebuah bulatan hitam yang cukup besar di
dahi. Yap, tragedi itu meninggalkan, bendjol..
Well,
cinta memang butuh pengorbanan, walaupun kamu tahu, mungkin kamu akan jatuh.
Asek.
Pamekasan,
08 Maret 2006
0 Komentar untuk "MENINGGALKAN BENDJOL Karya Bayu Asya Isminanda"