Jono
adalah murid baru di kelas 2 SMA. Meskipun baru seminggu masuk di sekolahnya,
namun desas-desus mengenai dirinya sudah tercium kesemua teman dan guru, kalau
Jono adalah murid yang terkenal bego tapi jujur.
Musim
ulangan sekolah pun tiba.
Semua guru mata pelajaran harus memberikan ulangan.
Ulangan yang berlangsung hampir satu minggu itu, dilalui Jono hari demi hari
dengan berbagai kegiatannya yang selalu buat ulah. Dan seperti biasa Jono
selalu mengumpulkan kertas ulangan
paling akhir.
Di
hari terakhir ulangan, mata pelajaran matematika. Kali ini tingkah Jono sangat
berbeda. Jono tidak seperti hari kemarin. Suasana kelas kali ini tampak tenang.
Jono dengan santainya pun mengerjakan ulangan tersebut. Hal yang lebih
mengagetkan lagi buat teman-teman dan gurunya adalah, Jono mengumpulkan kertas
ulangan terlebih dahulu dari pada teman-temannya. Bu Retno yang mengawas juga
kebetulan guru baru, langsung memuji kecerdasan Jono. Bu Retno beranggapan
bahwa Jono adalah murid yang pintar.
“kamu
sudah selesai mengerjakannya Jono” tanya Bu Retno
Dengan
tenangnya Jono menjawab “sudah Bu.. bahkan saya sudah memeriksanya kembali
sampai berulang-ulang kali”
“bagus..
berarti kamu murid yang cerdas, saya suka murid seperti kamu” puji bu Retno.
“tidak Bu.. justru malah sebaliknya”
“Jono..
Jono., kamu ini merendah sekali, ciri- ciri orang cerdas memang seperti kamu,
selalu merendahkan dirinya” tambah Bu Retno
“sekarang kamu masukkan lembar soal dan
jawaban kamu kedalam map itu” sambung Bu Retno sembari menunjuk map merah tanpa
memeriksa lembar jawaban Jono.
“apa
saya boleh keluar sekarang” tanya Jono
“silahkan”
Semua
teman-teman Jono seperti orang yang terhipnotis melihat Jono hari ini.
Bagaimana mungkin Jono bisa mengerjakan soal mate-matika secepat itu. Sementara
Bu Retno yang belum mengetahui, beranggapan kalau Jono murid yang cerdas dan
pasti tadi malam Jono belajar hingga larut.
Beberapa
hari kemudian..
Bu
Retno dan Pak Gali, yang merupakan guru matematika dan kewarganegaraan di kelas
Jono, memanggil Jono untuk menghadap mereka di kantor. Dengan santai Jono
menghadapi kedua gurunya itu.
“Jono..
apa kamu tau kenapa kamu dipanggil kemari?” Pak Gali memulai pembicaraan.
“tidak
Pak.. Bu..”
“Kamu
lihat ini lembar jawaban Kamu” Pak Gali yang mulai emosi menyodorkan lembar
jawaban mata pelajaran Kewarganegaraan milik Jono.
“Sekarang
Kamu jelaskan..” sambungnya “apa maksud dari jawaban Kamu ini”
Dengan
jujur Jono menjawab pertanyaan Pak Gali “oh.. ini Pak.. kemarin saya sudah
berusaha mencari jawaban dengan mencontek sama teman-teman yang lain, tapi
semua teman yang Saya tanya, mereka pada jawab tidak tahu. Ya sudah akhirnya
saya pasrah dan Saya tulis dilembar jawaban Saya “kalau teman-teman Saya yang
pintar saja tidak tahu, apalagi Saya.., jadi begitu Pak..”
Pak
Gali menggeram “Jono..”
“sekarang
giliran Saya yang bertanya” Bu Retno memulai pembicaraan. “kenapa Kamu tidak
mengisi ulangan matematika kemaren” sambungnya lalu memperlihatkan lembar
jawaban milik Jono “kamu lihat ini.. mana jawaban kamu, kamu cuma menuliskan
soalnya saja, pantesan kemaren kamu cepat selesai, ternyata hasilnya seperti
ini” Bu Retno mulai sedikit emosi.
“saya
kan sudah menjawabnya Bu..”
“mana
jawaban Kamu, saya tidak melihatnya” ucap Bu Retno sambil membetulkan
kacamatanya yang melorot.
Jono
mengambil lembar soal dan menjelaskan “begini Bu.. soal yang ibu buat kan
seperti ini.. (x - 1)2
+ (y + 5)2 = 25, nah.. disitukan sudah ada jawabnnya Bu.. 25, jadi
kita tidak perlu lagi susah-susah buat cari jawabannya”
“Jono...
maksudnya bukan seperti itu..” Bu Retno juga menggeram **
Malam
hari pukul 7, Jono sudah berada di rumah Bu Retno untuk mendapatkan pelajaran
tambahan, dengan ancaman tidak naik kelas, akhirnya jono mau. Baru 30 menit
mereka belajar, Jono sudah bosan dan minta izin pulang. Awalnya Bu Retno tidak
memberi izin. Tapi begitu mendengar suara motor Pak Gali, Bu Retno mengizinkan.
(Maklum, Pak Gali yang merasa duren alias
duda keren naksir Bu Retno yang juga Janda)
“kamu
boleh pulang sekarang, tapi ada syaratnya”
“apa
Bu..” Jono semangat
“di
depan ada Pak Gali.. Kamu bilang ke dia, kalau Saya sudah tidur”
Jono
merapikan tasnya dan keluar. Pak Gali heran kenapa Jono bisa ada di rumah cewek
incarannya.
“Jono..
Kamu kenapa bisa ada disini, kamu naksir Bu Retno juga ya..” raut wajah Pak
Gali terlihat cemburu, karena takut kalah saing. Jelas saja Jono lebih keren.
“saya
cuma belajar tambahan Pak..”
Raut
wajah Pak Gali kembali sumringah “oh.. berarti Bu Retno ada kan”
“maaf
Pak.. tapi tadi kata Bu Retno, dia sudah tidur”
Pak
Gali terpelongo, sementara bu Retno yang menguping dari balik jendela menggeram
dengan mengepalkan kedua tangannya.. “Jono...” (masa iya orang tidur bisa
ngomong) ** Selesai
Marbau,
2 September 2015
0 Komentar untuk "Si Jono Karya Mariani Umaimi Hasibuan"