Bahasa dan Sastra Indonesia

Cinta Wanita Candu Camera 360 Karya Dian Eko Saputro

Hidup di masa modern dalam interaksi serba on-line memang mempengaruhi kehidupan percintaan seseorang. Tak terkecuali duniaku sendiri. Aku masih sangat ingat bagaimana aku sangat tertarik dan suka pada seseorang wanita di jejaring sosial facebook. Sebenarnya aku asal saja ketika mengirim permintaan pertemanan, hanya aku lakukan secara acak.
Berawal dari dikonfirmasinya permintaan pertemananku oleh seorang cewek bernama Yuni. Nah Yuni inilah cewek facebook yang aku sukai. Dari situlah selalu ada status milik Yuni yang terpampang di berandaku. Dari profilnya aku tahu Yuni adalah seorang anak kelas dua SMA. Fotonya yang diupload semuanya sebatas wajah saja. Terlihat wajah jawa berambut panjang tapi berkulit putih seperti chinnese. Seperti terhipnotis foto itulah aku selalu memperhatikan setiap status yang ia tulis.
Mula-mula suatu ketika aku iseng mengomentari satu statusnya yang bertuliskan “Capek”. Aku bertanya dalam kolom komentar, “Capek kenapa ?” dan ternyata dia menanggapi dengan jawaban yang cukup panjang.
“Capek ngerjain tugas sekolah nih, gurunya nggak tanggung-tanggung kalo ngasih tugas”
Dari situ pulalah dimulah chattingan tidak berarti antara aku dengan Yuni. Bahkan aku tak segan menulis kata sayang kepadanya. Seperti dalam suatu percakapan setelah aku mengomentari statusnya yang bertuliskan “Pengen punya pacar yang baik dan perhatian”
Aku : aku sudah baik dan perhatian kok
Yuni : ah masak sih nggak percaya
Aku : weh...kok nggak percaya sih sayangku
Yuni : haha...iya deh sayang sekarang percaya
Lihatlah betapa bodohnya percakapan itu dan itu kutulis di kolom komentar sehingga bisa dilihat banyak orang. Pada akhirnya pun nanti aku yang akan menyesal pada hal-hal menjijikkan seperti ini.
Suatu hari aku pergi sendirian ke sebuah restoran. Aku mencari tempat duduk di pojok yang sepi karena aku ingin mengerjakan tugas skripsiku. Setelah itu aku memesan secangkir dan beberapa makan kecil. Aku membuka laptop dan mulai mengerjakan tugas akhirku itu. Kemudian dari luar masuklah beberapa orang cewek yang kemudian mengambil tempat duduk tepat di depan mejaku. Suasana restoran yang tadinya tenang dipecah oleh suara tawa keras dari cewek-cewek itu tadi. Terus mereka ngobrol tidak jelas dengan suara keras sampai terdengar ke seluruh ruangan restoran. Dalam hatiku terasa jengkel.
“Dasar cewek-cewek alay. Cerewet. Mulut nggak bisa diam. Mending kalau cantik. Muka kayak gitu kok ya pede. Pake baju ketat lagi, nggak sadar apa kalo lemakmu tuh menggelambir di sana sini.” Kritikan dalam hatiku begitu keras menghujani cewek-cewek itu. Cewek yang semuanya nyaris memiliki wajah, postur dan bentuk tubuh serta cara bicara loap-laop yang sama. Tak ada satupun yang cantik. Dalam hati kembali aku bekata
“Paling anak-anak SMA kurang didikan ini mah”
Kesal karena ketenangan untuk mengerjakan skripsi hilang, aku mengambil modem dan menancapkannya di port usb, segera koneksi internet ku aktifkan dan kubuka facebookku. Aku berharap bisa chat dengan Yuni agar rasa bete di sini hilang. Setelah sukses login, di berandaku aku mendapati Yuni baru saja mengunggah fotonya yang sedang selfie. Terlihat dia bersama dua temannya. Tapi ada yang aneh dari foto itu, aku seperti tidak asing dengan wajah-wajah di foto itu. Aku berfikir sebenarnya apa. Kemudian kutegakkan kepalaku dan ku lihat tiga cewek urakan di depanku tadi. Astaga naga aku kaget bukan main. Ternyata Yuni adalahn cewek-cewek alay itu. Aku mencoba menganalisa.
“Tidak salah lagi, tiga wanita dalam foto ini memang tiga alay yang ada di depanku saat ini” dan bahkan setelah ku perhatikan lebih teliti lagi, dalam foto itu terlihat wajahku yang ikut tercapture di belakang tiga cewek itu.
“Astaga beda sekali. Inikah keajaiban editing camera jaman modern. Jerawat di pipi bagai bintang bertaburan itu di sulap menghilang berubah menjadi langit siang. Hitam karena daki yang tebal dipermak menjadi kulit gadis oriental. Oh astaga Tuhan cobaan apa ini ?”
Ku tepuk jidatku. Aku menelan ludah tanda khawatir. Segera kututup laptopku. Ku kemasi barang-barangku dan bergegas membayar ke kasir. Langsung pergi dari restoran yang memberikanku kenangan dan kenyataan yang paling pahit. Selama ini aku bermain cinta-cintaan dengan apa yang disebut kehidupan alay. Cewek pecandu kamera 360. Segera kuambil hp dan kubuka facebookku. Ku hapus pertemananku dari seorang bernama Yuni. Tak akan pernah aku buka lagi akunku ini.

Related Post:

0 Komentar untuk "Cinta Wanita Candu Camera 360 Karya Dian Eko Saputro"

Back To Top