Hidup di masa modern
dalam interaksi serba on-line memang mempengaruhi kehidupan percintaan
seseorang. Tak terkecuali duniaku sendiri. Aku masih sangat ingat bagaimana aku
sangat tertarik dan suka pada seseorang wanita di jejaring sosial facebook.
Sebenarnya aku asal saja ketika mengirim permintaan pertemanan, hanya aku
lakukan secara acak.
Berawal dari dikonfirmasinya permintaan pertemananku oleh
seorang cewek bernama Yuni. Nah Yuni inilah cewek facebook yang aku sukai. Dari
situlah selalu ada status milik Yuni yang terpampang di berandaku. Dari
profilnya aku tahu Yuni adalah seorang anak kelas dua SMA. Fotonya yang
diupload semuanya sebatas wajah saja. Terlihat wajah jawa berambut panjang tapi
berkulit putih seperti chinnese. Seperti terhipnotis foto itulah aku selalu
memperhatikan setiap status yang ia tulis.
Mula-mula suatu ketika
aku iseng mengomentari satu statusnya yang bertuliskan “Capek”. Aku bertanya
dalam kolom komentar, “Capek kenapa ?” dan ternyata dia menanggapi dengan
jawaban yang cukup panjang.
“Capek ngerjain tugas sekolah nih, gurunya nggak
tanggung-tanggung kalo ngasih tugas”
Dari situ pulalah
dimulah chattingan tidak berarti antara aku dengan Yuni. Bahkan aku tak segan
menulis kata sayang kepadanya. Seperti dalam suatu percakapan setelah aku
mengomentari statusnya yang bertuliskan “Pengen punya pacar yang baik dan
perhatian”
Aku : aku sudah baik dan perhatian kok
Yuni : ah masak sih nggak percaya
Aku : weh...kok nggak percaya sih sayangku
Yuni : haha...iya deh sayang sekarang percaya
Lihatlah betapa
bodohnya percakapan itu dan itu kutulis di kolom komentar sehingga bisa dilihat
banyak orang. Pada akhirnya pun nanti aku yang akan menyesal pada hal-hal
menjijikkan seperti ini.
Suatu hari aku pergi
sendirian ke sebuah restoran. Aku mencari tempat duduk di pojok yang sepi
karena aku ingin mengerjakan tugas skripsiku. Setelah itu aku memesan secangkir
dan beberapa makan kecil. Aku membuka laptop dan mulai mengerjakan tugas
akhirku itu. Kemudian dari luar masuklah beberapa orang cewek yang kemudian
mengambil tempat duduk tepat di depan mejaku. Suasana restoran yang tadinya
tenang dipecah oleh suara tawa keras dari cewek-cewek itu tadi. Terus mereka
ngobrol tidak jelas dengan suara keras sampai terdengar ke seluruh ruangan
restoran. Dalam hatiku terasa jengkel.
“Dasar cewek-cewek alay. Cerewet. Mulut nggak bisa
diam. Mending kalau cantik. Muka kayak gitu kok ya pede. Pake baju ketat lagi,
nggak sadar apa kalo lemakmu tuh menggelambir di sana sini.” Kritikan dalam
hatiku begitu keras menghujani cewek-cewek itu. Cewek yang semuanya nyaris
memiliki wajah, postur dan bentuk tubuh serta cara bicara loap-laop yang sama.
Tak ada satupun yang cantik. Dalam hati kembali aku bekata
“Paling anak-anak SMA kurang didikan ini mah”
Kesal karena ketenangan
untuk mengerjakan skripsi hilang, aku mengambil modem dan menancapkannya di
port usb, segera koneksi internet ku aktifkan dan kubuka facebookku. Aku
berharap bisa chat dengan Yuni agar rasa bete di sini hilang. Setelah sukses
login, di berandaku aku mendapati Yuni baru saja mengunggah fotonya yang sedang
selfie. Terlihat dia bersama dua temannya. Tapi ada yang aneh dari foto itu,
aku seperti tidak asing dengan wajah-wajah di foto itu. Aku berfikir sebenarnya
apa. Kemudian kutegakkan kepalaku dan ku lihat tiga cewek urakan di depanku
tadi. Astaga naga aku kaget bukan main. Ternyata Yuni adalahn cewek-cewek alay
itu. Aku mencoba menganalisa.
“Tidak salah lagi, tiga wanita dalam foto ini memang
tiga alay yang ada di depanku saat ini” dan bahkan setelah ku perhatikan lebih
teliti lagi, dalam foto itu terlihat wajahku yang ikut tercapture di belakang
tiga cewek itu.
“Astaga beda sekali. Inikah keajaiban editing camera
jaman modern. Jerawat di pipi bagai bintang bertaburan itu di sulap menghilang
berubah menjadi langit siang. Hitam karena daki yang tebal dipermak menjadi
kulit gadis oriental. Oh astaga Tuhan cobaan apa ini ?”
Ku tepuk jidatku. Aku
menelan ludah tanda khawatir. Segera kututup laptopku. Ku kemasi barang-barangku
dan bergegas membayar ke kasir. Langsung pergi dari restoran yang memberikanku
kenangan dan kenyataan yang paling pahit. Selama ini aku bermain cinta-cintaan
dengan apa yang disebut kehidupan alay. Cewek pecandu kamera 360. Segera
kuambil hp dan kubuka facebookku. Ku hapus pertemananku dari seorang bernama
Yuni. Tak akan pernah aku buka lagi akunku ini.
0 Komentar untuk "Cinta Wanita Candu Camera 360 Karya Dian Eko Saputro"