“Presentasi
lagi, presentasi lagi,” batinku.
Aku
yakin semua orang yang ada di ruangan ini juga berpikir seperti itu. Setiap
kelas di sekolahan ini dipilih satu sampai lima siswa untuk mengikuti pelajaran
tambahan. Dan biasanya yang dipilih adalah siswa-siswi yang mempunyai peringkat
lima besar di kelasnya. Sayangnya. aku adalah salah satu dari mereka semua yang
ada di ruangan ini. Aku memang ada di peringkat lima besar bahkan
sekarang aku
berada di peringkat tiga besar. Tetapi, aku sama sekali tak tertarik dengan
hal-hal seperti ini. Di rumah saja aku tak pernah belajar. Setiap datang ke
sekolah aku hanya tidur, ngobrol, nongkrong, menunggu bel istirahat dan bel
pulang sekolah. Terkadang aku juga bolos pelajaran dan nongrong di
perpustakaan. Sekarang seharusnya aku sudah berada di rumah bukannya di ruangan
ini.
Pak
Temon pun datang dan membagikan buku pada kami. Pak Temon adalah guru TIK di
sekolahanku. Dialah yang mempunyai ide seperti ini. Kita selalu disuruh untuk
presentasi dan dalam beberapa menit disuruh untuk menghafal beberapa sub bab
sampai satu bab. Buatku dan teman-temanku yang lain, mungkin mudah untuk
menghafal kalimat-kalimat ini. Tetapi hampir setiap kali pertemuan kita hanya
di suruh untuk presentasi. Dan ini sangat amat membosankan. Membaca,
menghafalkan dan menerangkan. Hanya itu kegiatan yang kita lakukan. Sebenarnya
nama guru TIK itu bukan Pak Temon, tetapi Pak Sugeng. Anak-anak di sekolahan
selalu memanggilnya Pak Temon. Karena wajahnya yang mirip sekali dengan wajah
artis dan komedian, Temon. Hehe..
Beberapa
anak sedang serius menghafalkan. Tetapi tak sedikit yang mengobrol, tidur dan
bermain handphone. Sebenarnya aku memilih untuk tidur. Tetapi, tidak untuk hari
ini. Di presentasi hari ini kita harus menyebutkan nama dan nama guru
pembimbing, yaitu Pak Temon. Eh.. maksudnya Pak Sugeng. Dan itu dia masalahnya,
aku dapat mengahafalkan semuanya tetapi tidak untuk nama orang. Aku hanya dapat
menghafalkan nama panggilan bukan nama asli seseorang. Jadi di saat orang lain
sibuk menghafalkan pelajaran, mendengarkan siswa yang sedang presentasi dan
menunggu namanya di panggil. Hanya aku satu-satunya siswa yang menghafalkan
nama gurunya sendiri.
“Pak
Temon tu nama aslinya siapa?” berulang kali aku bertanya pada teman yang duduk
di dekatku.
Dan
berulang kali juga dia menjawab “Pak Sugeng,”
Hampir
satu jam aku hanya menghafalkan nama itu. “Pak Sugeng, Pak Sugeng, Pak Sugeng.
PAK SUGENG!!!”
“Angel,”
dan pada akhirnya namaku di panggil untuk presentasi di depan semua siswa
termasuk Pak Temon. Baru kali ini aku merasa gugup untuk presentasi. Akhirnya
aku maju ke depan dan memulai untuk presentasi.
“Nama
saya Angelica Putri Dewi. Dan guru pembimbing saya Pak Temon. Saya akan…”
“hahaha..
hahaha..” tiba-tiba semuanya tertawa.
Aku
diam dan melihat seluruh ruangan termasuk Pak Temon. Semua mata tertuju padaku
termasuk Pak Temon yang menatapku tajam. Dan aku baru tersadar jika barusan aku
berkata “Pak Temon!!” bahkan sekarang pun aku sudah lupa siapa nama asli dari
Pak Temon. Aku pun hanya diam dan tersenyum karena malu.
0 Komentar untuk "PAK TEMON Karya Chikitha Setiawan"